Pages

Rabu, 15 Februari 2012

biogfafi ibn rusyd



PEMBAHASAN

v  Sejarah Kehidupan Ibnu Rusyd
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Wahid Muhammad Ibn Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Rusyd. Ia lahir di kota Cordova pada tahun 1126 M / 520 H.             ia keturunan dari keluarga yang ahli dalam ilmu fiqih. Ayah dan kakeknya pernah menjabat di Andalusia sebagai kepala pengadilan. Dengan terbekali keagamaan, Ibnu Rusyd menduduki peranan penting dalam studi-studi keislaman.                 Beliau mempelajari Al-Qur'an beserta penafsirannya, hadits Nabi, Ilmu Fiqih, bahasa dan sastra Arab. Metode belajarnya secara lisan dari seorang ahli ( ‘alim ).
Ibnu Rusyd merevisi buku malikiah, Al-Muwatha di pelajari bersama ayahnya Abu Al-Qasim, dan dapat dihafalnya. Disamping itu dia mempelajari matematika, fisika, astronomi, logika, filsafat dan ilmu pengobatan.
Dia bukan murid dua filosuf besar Maghribiah, Ibnu Bajjah, dan Ibnu Tufail. Dalam kisah Hayy bin Yaqzan, Ibnu Tufail mendapati kebanyakan alam. Maghrib tertarik kepada matematika dan bahwa filsafat yang diajarkan lewat buku-buku Aristoteles, Al-Farabi dan Ibnu sina tidak akan memadai. Filosuf pertama yang telah menghasilkan sesuatu yang bernilai dalam masalah ini adalah Ibnu Bajjah, tapi dai terlalu sibuk dengan urusan-urusan duniawi dan meninggal sebelum sempat menyelesaikan karyanya. Al-Ghazali mengecam ajaran-ajaran filosuf-filosuf muslim dalam bukunya Tahafut dan metode yang digunakannya dalam mencapai kebenaran adalah tasawuf.
Sebuah manifesto yang menentang filsafat dan para filosuf dikeluarkan dan disebarkan dari setiap tempat dari Andalusia dan Marrakusy, yang melarang studi-studi yang dianggap membahayakan serta memerintahkan pembakaran semua buku yag berhubungan dengan ilmu-ilmu semacam itu. Tapi aib yang diderita Ibnu Rusyd tidak berlangsung lama. Dan Al-mansur, sekembalinya dari Marrakusy, mengampuni dan memanggilnya kembali. Ibnu Rusyd pergi ke Marrakusy, dan dia meninggal pada tahun 595 H / 1198 M.

v  Filsafat Ajarannya
Ø  Pencarian Tuhan
Ibnu Rusyd membicarakan filsafat ketuhanan dan berbagai karangannya, antara lain pada Tahafut at Tahafut dan Mana hij  Al Adilah, filsafat ini membahas tentang wujud Tuhan, sifat-sifat-Nya dan hubungan-Nya dengan alam.
Ibnu Rusyd meneliti berbagai golongan yang timbul dalam Islam. Menurut pendapat dia yang paling terkenal ada 4, yaitu Asy’ariyah, Mu'tazilah, Batiniah, dan Hasyiwiah. Masing-masing golongan mempunyai kepercayaan yang berlainan tentang Tuhan, dan banyak memindahkan            kata-kata syara’ dari arti lahirnya kepada takwilan-takwilan yang dari disesuaikan dengan kepercayaan. Itulah yang merupakan syari’at yang harus dianut oleh semua orang dan barang siapa yang menyimpang darinya berarti kafir atau telah menjadi bid’ah. Sebab terjadinya keadaan tersebut ialah karena mereka sudah menyimpang dari maksud syara’ dan tidak dapat memahami.
Menurut golongan Asy’ariyah bahwa kepercayaan tentang wujud Tuhan dapat dicapai melalui akal pikiran. Menurut Ibnu Rusyd untuk ini mereka tidak menempuh jalan yang ditunjukkan oleh syara’ karena mendasarkan baharunya alam atas tersusunnya dari bagian-bagian yang tidak terbagi-bagi, dan bahwa bagian-bagian itu adalah baru. Kalau kita memperkirakan alam ini baru, maka ia mesti ada pembuatnya yang baru.      Dan pembuat ini membutuhkan pembuat yang baru, dan begitu seterusnya sampai tidak berkesudahan. Kalau kita memperkirakan alam ini qadim                   ( azali ), maka perbuatan pembuat yang berhubungan dengan perkara-perkara yang dibuatnya tersebut adalah qadim juga.
Golongan mutakallimin Asy’ariah akan mengatakan bahwa perbuatan yang baru adalah karena Iradah ( kehendak ) yang qadim. Maka Ibnu Rusyd menjawab bahwa perbuatan tersebut tidak dapat diterima. Karena Iradah itu bukan perbuatan yang berhubungan dengan perkara yang dibuat. Jika perkara tersebut baru, maka perbuatan yang berhubungan dengan pembuatannya juga harus baru, tanpa membedakan apakah yang membuat, lain dari perkara yang dibuat dan lain pula dari Iradah lagi pula Iradah tersebut menjadi syarat adanya perbuatan, bukan perbuatan itu sendiri.
Kemudian terhadap golongan Mu'tazilah maka Ibnu Rusyd berkomentar, bahwa sehubungan tidak mengetahui metode-metode yang digunakan dalam agumen tentang ketuhanan, karena kitab-kitabnya yang sampai kepadanya tidak ada. Namun nampaknya mereka tidak jauh dari metode yang dipergunakan oleh golongan Asy’ariyah.
Adapun terhadap golongan Asy’ariyah yang berpendirian bahwa jalan mengetahui Tuhan ialah Sama’ ( riwayat ), bukan akal ( pikiran ). Iman bagi mereka ialah mendengarkan apa yang dikatakan oleh syara’ tanpa mengusahakan penakwilannya. Golongan tersebut selalu memegangi lahirnya, ketentuan syara’.
Terhadap golongan tasawuf, maka menurut Ibnu Rusyd bahwa cara penelitian mereka bukan pemikiran, yakni yang terdiri atas dasar-dasar pemikiran atau premis-premis dan kesimpulan, karena mereka mengira bahwa pengetahuan tentang Tuhan dan wujud-wujud lain diterima oleh jiwa ketika sudah terlepas dari hambatan-hambatan kebendaan dan ketika pemikirannya tertuju kepada perkara yang dicarinya. Cara tersebut menurut Ibnu Rusyd bukanlah cara kebanyakan orang sebagai orang, yakni sebagai makhluk yang mempunyai pikiran dan diserukan memakai pikirannya. Selain itu jalan tersebut menyalahi syara’ yang menyerukan pemakaian akal pikiran. Nampak sekali argumen-argumen Ibnu Rusyd yang bersifat filosofis itu beraliran rasionalisme, ia telah mengagungkan kemampuan akal pikiran dan ia menganggapnya sebagai dasar dari pengetahuan juga sebagai dasar dari wujud.

Ø  Wujud Tuhan
Dalam Fashl Al-Maqal Ibnu Rusyd menyatakan bahwa mengenal pencipta itu hanya mungkin dengan mempelajari alam wujud yang diciptakan-Nya, untuk dijadikan petunjuk bagi adanya pencipta itu. Allah memberikan dua dalil dalam kitab-kitab-Nya, yang diringkas oleh Ibnu Rusyd sebagai dalil Inayah dan dalil cipta atau ikhtira’.
Kedua dalil tersebut sesuai untuk orang-orang awam dan filosuf dan bisa diterima oleh keduanya. Perbedaan antara keduanya hanya bersifat kualitatif saja, yakni filosuf mempunyai kelebihan atas orang awam tentang jumlah perkara yang diketahuinya. Kalau orang awam hanya mencakup dengan pengetahuan pertama dari indera-indera untuk membuktikan adanya Inayah dan Ikhtira dari Tuhan. Maka filosuf menampakan pengetahuan tersebut dari pembuktian pikiran yang menyakinkan ( Burhan ).
1)      Dalil Inayah
Apabila alam ini kita perhatikan, maka kita akan mengetahui apa yang ada di dalamnya sesuai sekali dengan kehidupan manusia dan makhluk-makhluk lain. Persesuaian ini bukan terjadi secara kebetulan, tetapi menujukkan adanya penciptaan yang rapi dan teratur yang di dasarkan atas ilmu dan kebijaksanaan sebagaimana yang ditunjukkan oleh ilmu pengetahuan modern.
Adanya siang dan malam, matahari dan bulan, empat musim., hewan, tumbuh-tumbuhan dan hujan kesemuanya ini sesuai dengan kehidupan manusia seakan-akan mereka itu dijadikan untuk manusia. demikian para perhatian dan kebijaksanaan Tuhan. Nampak jelas dalam susunan tubuh manusia dan hewan.
Dalil Inayah ini mempunyai kelebihan atas dalil-dalil golongan Asy’ariyah bahwa karena dalil Inayah itu mengajak kita kepada pengetahuan yang benar, bukan sekedar ada argumentasi, tapi mendorong kita untuk memperbanyak penyelidikan dan menyingkap rahasia-rahasia alam, bukan untuk menimbulkan kesulitan dan kejanggalan. Dalil Inayah juga mempunyai kelebihan atas dalil golongan dalil tasawuf, yang membawa kita baik cepat maupun lambat, kepada kemajuan kreatifitas dan tawakal yang bukan pada tempatnya.


2)      Dalil Ikhtira
Dalil ikhtira ini sama jelasnya dengan dalil inayah karena adanya penciptaan nampak jelas pada hewan yang bermacam-macam,             tumbuh-tumbuhan dan bagian-bagian alam lainnya. Makhluk-makhluk tersebut tidak lahir dalam wujud dengan sendirinya. Gejala hidup pada beberapa makhluk hidup yang berbeda-beda. Misalnya tumbuh-tumbuhan hidup, makan, berkembang, dan berbuah. Hewan juga hidup tetapi mempunyai perasaan instink, dapat bergerak, berkembang, makan dan mengeluarkan keturunan. Makhluk manusai juga berpikir. Jadi pada masing-masing makhluk tersebut ada gejala hidup berlainan dan yang menentukan macam pekerjaannya. Kesemuanya tidak terjadi secara kebetulan tentulah tingkatan hidup tidak berbeda-beda. Kesemuanya ini menunjukkan adanya pencipta yang menghendaki supaya sebagian makhluknya lebih tinggi daripada sebagiannya yang lain.
Disamping kedua dalil itu, Ibnu Rusyd juga mengemukakan dalil lain yaitu dalil gerak atau dalil penggerak. Pertama yang diambilnya dari aristoteles. Dalil ini menyatakan bahwa alam semesta ini bergerak dengan suatu gerakan yang abadi, dan gerakan ini mengandung adanya penggerak pertama yang tidak bergerak dan tidak berbenda yaitu Tuhan. Namun Ibnu Rusyd tidak mengikuti pemikiran Aristoteles yang mengatakan bahwa gerakan benda-benda langit adalah qadim, karena Ibnu Rusyd mengatakan bahwa benda-benda langit gerakannya dijadikan oleh Tuhan dari tiada dan bukan dalam zaman, karena zaman tidak mungkin mendahului wujud perkara yang bergerak, selama zaman ini kita anggap sebagai ukuran gerakannya. Jadi gerakan menghendaki adanya penggerak pertama atau sebab yang mengeluarkan dari tiada menjadi wujud.





BAB  III

KESIMPULAN

Ø  Ibnu Rusyd merevisi buku Malikiah, Al-Muwatha, disamping itu dia mempelajari matematika, fisika, astronomi, logika, filsafat dan ilmu pengobatan.
Ø  Ibnu Rusyd terkenal sebagai seorang filosuf yang menentang Al-Ghazali.
Ø  Dalam bukunya itu Ibnu Rusyd membela kembali pendapat-pendapat ahli filsafat Yunani dan Islam yang telah diserang habis-habisan oleh Al-Ghazail dari sana dibantahnya.
Ø  Ibnu Rusyd meneliti berbagai golongan yang timbul dalam Islam. Menurut pendapat dia yang paling terkenal ada 4, yaitu : Asy’ariyah, Mu'tazilah, Batiniah dan Hasyiwiah.
Ø  Menurut Ibnu Rusyd Al-Ghazali telah mengisi bukunya Tahafutu Al-Falasifah dengan pikiran-pikiran sofistis dan kata-katanya tidak sampai kepada tingkat keyakinan serta tidak mencerminkan hasil pemahamannya terhadap filsafat itu sendiri.


DAFTAR  PUSTAKA


v  Mustofa. A. Drs. H., Filsafat Islam, Pustaka Setia, Bandung, 1997.
v  Nasution Harun, Prof. Dr., Falsafah dan Mistisisme Dalam Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1973.

0 komentar:

Posting Komentar

Followers