Pages

Rabu, 15 Februari 2012

biografi al-ghazali


BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad at-Tusi Al-Ghazali. Lahir pada tahun 450 H / 1058 M, di sebuah desa kecil bernama Ghazalah Thabaran, bagian dari kota Tus (sekarang dekat Meshed) wilayah khurasan (Iran).[1]
Nama Al-Ghazali kadang-kadang diucapkan Al-Ghazali, kata ini berasal dari Ghazzal, artinya tukang pintal benang, karena pekerjaan ayahnya Al-Ghazali adalah meminta benang wol. Sedangkan kata Al-Ghazali diambil dari kata ghazalah, nama kampung kelahiran Al-Ghazali. Ayah Al-Ghazali adalah seorang tasawuf yang saleh. Ia meninggal dunia ketika Al-Ghazali beserta saudaranya masih kecil.[2]
Al-Ghazali pertama belajar ilmu agama di kota Thus. Kemudian meneruskan di Jurjan dan akhirnya di naisabut dan belajar pada Imam Al- Juwaini, karena kecerdasan dan kemaunya, kemudian Al- Juwaini memberi gelar “Bahrun Mughriq” yaitu laut yang menenggelamkan. Kemudian ia berkunjung kepada Nidzam Al-Mulk di kota Mu’asar dan ia mendapat kehormatan dan penghargaan yang besar (professor) pada perguruan tinggi Nizamiyah yang berada di kota Baghdad[3].
Pada tahun 488 H, Al-Ghazali pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji dan melanjutkan perjalanan ke Damaskus untuk menetap beberapa lama dan beribadah di Masjid al-Umawi. Pada saat itulah ia sempat mengarang kitab Ihya Ulumuddin. Beliau wafat pada tanggal 14 Jumadil Akhir tahun 505 H / 18 Desember 1111 M dalam usia ∙± 55 tahun, di desa Tabaran dekat Tus.[4]

B. Situasi Sosial Politiknya
Dari segi politik di dunia Islam bagian Timur, eksistensi Dinasti Abbasiyah masih diakui, hanya saja kekuasaan efektifnya berada ditangan para sultan yang membagi wilayah tersebut menjadi beberapa daerah kesulitan yang independen.
Pada masa Al-Ghazali bukan saja telah terjadi disintegrasi dibidang politik umat Islam, tetapi juga di bidang sosial keagamaan. Umat Islam ketika itu terpilah-pilah dalam beberapa golongan madhab fiqih dan aliran kalam.
Peranan Fanatisme madhab dan aliran dalam masy tersebut banyak melibatkan para ulama. Hal ini erat kaitannya dengan status ulama yang menempati strata tertinggi dalam stratifikasi sosial waktu itu, dibawah status para penguasa. Status ini, oleh sebagian sufi digunakan untuk mendapatkan kemuliaan hidup dan kemuliaan dengan sarana kehidupan sufi yang mereka tonjolkan.
Konflik sosial yang terjadi dikalangan umat Islam pada masa Al-Ghazali yang bersumber dari perbedaan fersepsi terhadap ajaran agama, sebenarnya berpangkal dari adanya sejak beberapa abad sebelumnya. Unsur-unsur cultural non islami masuk kedalam pemikiran Islam. Yang pada gilirannya mengkristal dalam berbagai aliran dan paham keagamaan yang dalam berbagai aliran dan paham keagamaan yang dalam aspek-aspek tetepai saling bertentangan.
Di antara unsur cultural yang paling berpengaruh pada masa Al-Ghazali ialah filsafat, baik filsafat, baik filsafat Yunani, maupun filsafat India dan Persia.
Al-Ghazali telah menasihatkan agar mengajarkan ilmu-ilmu yang sangat diperlukan untuk kehidupan manusia yang dapat mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan sosial.[5]

C. Karya-Karyanya
Karya-karya Al-Ghazali tidak kurang dari 70 karya-karya yang meliputi ilmu pengetahuan, beberapa di antaranya sebagai berikut :
  1. Sumbangan terbesar Al-Ghazali adalah Ihya Ulumuddin. Dalam analisa mengenai masalah-masalah penting agama, dan mengenai ilmu pengetahuan, buku ini merupakan salah satu maha karya dunia. Beberapa Sufi memandangnya sebagai buku terbaik setelah Al-Qur’an dan hadits.[6]
  2. Buku Yang Lain
a.       Ayyuhal Walad, sebuah buku tentang akhlaq.
b.      AL-Munqizu Min Ad-Dalal, Penyelamat dan kesesatan.
c.       Maqosidul Falasifah dan Tahafutul Falasifah, buku tentang Filsafat.
d.      Mizanul ‘Amal dan Miyarul Ilmi[7].
e.       Fatihatul Ulum
f.       Al-I’tiqod
g.      Rauda at Talibin
h.      Al-Ma’arif Al-Aqila
i.        Ar-Risalah al-Laduniya, dll
3.      Selain buku-bukunya, Al-Ghazali juga menulis banyak puisi, dia juga sangat menyukai lagu-lagu, tapi hanya lagu-lagu yang menumbuhkan semangat.[8]


D. Pemikirannya
1.    Teori Pemikiran
Al-Ghazali termasuk ke dalam kelompok Sufistik yang banyak menaruh perhatian yang besar terhadap pendidikan, karena pendidikanlah yang banyak menentukan corak kehidupan suatu bangsa dan pemikirannya.
Dalam masalah pendidikan Al-Ghazali lebih cenderung berpaham empirisme. Menurutnya seorang anak didik tergantung pada orangtuanya, hati seorang itu bersih, murni laksana permata yang amat berharga, sederhana dan bersih dari gambaran apapun.
Pentingnya pendidikan ini didasarkan pada perjalanan hidup Al-Ghazali sendiri, yaitu sebagai orangyang tumbuh menjadi ulama besar yang menguasai berbagai ilmu pengetahuan yang disebabkan oleh pendidikan[9]
2.    Ide Pokok Pemikiran
Dalam bidang pendidikan khususnya ilmu pengetahuan, Al-Ghazali berkesimpulan bahwa ilmu yang paling sempurna adalah ilmu agama dalam segala cabangnya, karena ia hanya dapat dikuasai melalui akal yang sempurna dan daya tangkap yang jernih. [10]
Al-Ghazali merumuskan pendidikan, yaitu proses memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap.
Hasil pemikirannya antara lain :
1.      Tujuan Pendidikan
Menurutnya tujuan pendidikan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan untuk mencari kedudukan, kemegahan dan mendapatkan kedudukan yang menghasilkan uang, karena jika tujuan pendidikan itu diarahkan bukan mendekatkan diri kepada Allah, maka akan menimbulkan kebencian, kedengkian dan permusuhan[11]
2.      Guru (Pendidik)
Ciri-ciri pendidik yang boleh melaksanakan pendidikan :
a.       Guru harus mencintai muridnya, seperti mencintai anaknya sendiri.
b.      Guru jangan mengharapkan materi (upah) sebagai tujuan utama dari pekerjaannya (Mengajar).
c.       Guru harus memberikan contoh yang baik kepada muridnya, dll.
3.      Murid
a.       Memuliakan guru dan bersikap rendah hati serta tidak takabur
b.      Mengetahui nilai pengetahuan dari segala manfaat yang ia peroleh[12]
4.      Kurikulum
Yang wajib dipelajari oleh murid menjadi tiga kelompok :
a.       Ilmu yang tercela, seperti : Ilmu sihir.dll
b.      Ilmu yang terpuji, seperti : Ilmu Tauhid, dll.
c.       Ilmu terpuji pada taraf tertentu, yang tidak boleh diperdalam, seperti : Filsafat.
5.      Metode
Metode yang digunakan Al-Ghazali adalah dengan menggunakan metode menghafal dan memahami apa yang telah diajarkan[13]






KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Al-Ghazali adalah salah satu dari filosof besar dalam Islam dan seorang ulama desa yang menaruh perhatian yang cukup tinggi terhadap pendidikan. Corak pendidikan yang dikembangkan nampak dipengaruhi oleh pandangannya tentang tasawuf dan fiqih.
Konsep pendidikan dikemukakan dan komprehensif juga secara konsisten sejalan dengan sikap kepribadiannya sebagai seorang Sufi.
Al-Ghazali mempunyai kecenderungan pragmatis yang menguasai pikirannya, meskipun ia seorang filosof Sufi, ia selalu berbicara bagaimana mencapai kebahagiaan akhirat, tetapi pikiran pragmatisnya tidak membuat ia lupa pada kebahagiaan dunia.


[1] Abdul Khalik dkk, Pemikiran Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 1999).
[2] Drs. H. Ahmad Syadali dkk, Filsafat Umum, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1997), hal 178.179.
[3] Drs. H. A. Mustofa, Filsafat Islam, (CV. Pustaka Setia : Bandung, 1997), hal 214-215
[4] Drs. Purwantana dkk, Seluk Beluk Filsafat Islam, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1991), hal 166.
[5] Prof. Fathiah Hasan Sulaiman, Konsep Pendidkan Al-Ghazali, (Jakarta : P3M), hal. 65.
[6] M. Atiqul Haqul, Seratus Pahlawan Muslim Yang Mengubah Dunia, (Yogyakarta : Diglosia, 2007), hal 55.
[7] Drs. H. Busyari Madjidi, Konsep Pendidikan Para Filosof Muslim, (Yogyakarta : Al- Amin Press, 1997, Cet 1), hal 81.
[8] Ahmad Zainul Hamdi, Tujuh Filsafat Muslim, Pembuka Pintu Gerbang, (Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2004), hal. 144-154.
[9] Drs. H. Abuddin Nafa, MA., Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997), hal 161-163.
[10] Ihya Ulumuddin, Juz I, hal 13.
[11] Drs. Abuddin Nata, MA, Op.Cit., hal. 152-163.
[12] Drs. Abuddin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar :1998), hal 62.
[13] Ibid, hal 89-96.

0 komentar:

Posting Komentar

Followers