Pages

Rabu, 15 Februari 2012

biografi abu yazid al-busthomi, ibn arabi



PEMBAHASAN


1.      ABU YAZID Al-BUSTHOMI
a.      Kehidupan
Beliau mempunyai nama lengkap Abu Yazid Thaifur bin Isa, beliau dilahirkan di Busthom Khurasan pada tahun 188 H dan beliau lebih dikenal dengan nama Abu Yazid Al-Busthomi.1) Abu Yazid dikenal sebagai anak saleh yang dalam lingkungan keluarga yang taat beragama. Sejak kecil beliau belajar agama ke masjid, setelah dewasa beliau melanjutkan belajar agama ke berbagai daerah untuk berguru kepada ulama-ulama terkenal seperti Abu Ali dari Sind.
Dikalangan ulama lebih dikenal sebagai tokoh fiqih sebagai pengikut dari Abu Hanifah, tetapi pada akhir kehidupannya beliau lebih dikenal sebagai ahli tasawuf.
Kehidupannya sebagai seorang sufi ditempuh dalam perjalanan yang cukup panjang, kira-kira dalam waktu 30 tahun beliau berkelana menyusuri padang pasir, hidup dengan zuhud. Dari kezuhudannya itu beliau dapat mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh ma’rifat yang hakiki untuk dapat mengenal Allah. Doktrinnya yang terkenal adalah ittihat yaitu doktrin penyatuan.

b.      Keistimewaan
Sebagai seorang sufi, ada beberapa kelebihan dan keistimewaan yang dimiilki Abu Yazid diantaranya adalah :
1.     Sebagai seorang sufi yang mencapai maqam Mahabbah dan Ma’rifat sampai memasuki maqam fana. Dalam memasuki maqam fana ini Abu Yazid berkata : “menjadilah sifatku sifat rububiyah, lidahku adalah lisan tauhid dan isyaratku adalah isyarat keabadian”. Dalam maqam fana ini Abu Yazid semakin jauh dan mendalam dalam lautan fana, hingga menyatu dengan Tuhan.
2.     Ucapan-ucapan Abu Yazid yang bersifat shathahat menimbulkan tanggapan yang berbeda dikalangan tokoh sufi, ada yang mendukungnya dan ada yang menentangnya, diantaranya ucapan yang bersifat syathathat yang diucapkan Abu Yazid : “Tiada Tuhan selain Aku, Maha Suci aku, Maha Suci aku, Maha Besar aku”.

c.       Pokok Pikiran Abu Yazid
Sebagai seorang sufi ada beberapa pokok pikiran yang dikembangkan oleh Abu Yazid adalah :
1.      Orang yang arif tidak tergantung cita-citanya kepada yang diangan-angankan dan seorang zahid tidak bergantung cita-citanya kepada apa-apa yang dimakan.
2.      Orang yang bahagia adalah orang yang dapat mengumpulkan cita-citanya menjadi satu yaitu semata-mata hanya kepada Allah. Dan hatinya tidak terganggu dengan apa yang dilihat oleh matanya dan didengar oleh telinganya didunia.
3.      Barang siapa yang dapat mengenal Allah, maka sesungguhnya ia zuhud dari segala sesuatu yang mengganggu dirinya.

2.      ABU MANSHUR Al-HALLAJ
a.      Riwayat Hidup Al-Hallaj
Nama lengkap Al-Hallaj adalah abu Al-Mughot Al-Husain bin Manshur bin Muhammad Al-Badhawi. Lahir di Band, sebauh kota kecil di wilayah Persia, pada tahun 244 H / 855 M. ia tambah dewasa di kota Wasith, dekat Baghdad. Pada umur 16 tahun, ia belajar pada seorang sufi yang terkenal yang bernama Sahl bin Abdullah Al-Tushuri di Ahwasz. Dan tahun kemudian ia pergi ke Basrah dan berguru pada Amr Al-Makki yang juga seorang usfi, pada tahun 878 M. beliau juga belajar kepada Al-Junaid di kota Baghdad. Kemudian beliau pergi dari satu negeri ke negeri lain untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam ilmu tasawuf. Beliau digelari Al-Hallaj karena menghidupkannya yang diperoleh dari memintal wol.2)
Pada tahun 296 H / 909 M beliau kembali ke Baghdad. Dengan beliau bersahabat dengan Nasr Al-Qusyairi yang mengingatkan sistem tata usaha yang baik dan pemerintahan yang bersih. Al-Hallaj selalu mendorong sahabatnya melakukan perbaikan dalam pemerintahan dan selalu melontarkan kritik terhadap penyelewengan-penyelewengan yang terjadi. Gagasan “pemerintahan yang bersih” dari Nasr Al-Qusyairi dan Al-Hallaj ini jelas berbahaya terhadap kekhalifahan pada saat itu.
Kemudian pada tahun 297 H, seorang faqih yang bernama Dawud Al-Zhahiri, mengeluarkan fatwa bahwa Al-Hallaj telah sesat. Atas dasar itu, maka Al-Hallaj ditangkap dan dipenjara, namun ia berhasil meloloskan diri. Hingga pada tahun 301 H beliau kembali ditangkap, yang disusul dengan keluarnya fatwa sebelumnya oleh seorang hakim mazhab Maliki yaitu Abu Amru.3) Al-Hallaj akhirnya dijatuhi hukuman mati lewat tiang salib, dipotong kedua tangan dan kakinya, juga kepalanya lalu mayatnya dibuang di sungai Tigris. Dan akhirnya Al-Hallaj wafat pada tahun 922 M. Doktrin yang terkenal Al-Hulul.

b.      Keistimewaan Al-Hallaj
Keteguhan dan keberaniannya terhadap penyebaran ilmunya mempunyai sisi keistimewaan diantaranya adalah :
-          Keberanian yang luar biasa saat dia di eksekusi mati beliau memasrahkan para pembunuhnya. Tersebut dalam riwayat beliau telah berseru : “Mereka semua adalah hamba-Mu ! mereka berkumpul untuk membunuhku karena fitnahnya terhadap agama-Mu, dan untuk mendekatkan diri kepada-Mu. Maka ampunilah mereka. Andaikan kau mengharap kepada mereka apa yang kau singkapkan kepadaku, karenanya mereka tidak akan melakukan apa yang mereka perbuat ini.
-          Doktrin Al-Hallaj telah menumbuhkan berbagai perbedaan pendapat yang tajam tentang isinya.
-          Ajaran-ajaran masih tetap berkembang meskipun dia sudah mati. terbukti setelah satu abad dari kematiannnya di Irak ada 4.000 orang yang menamakan diri hallajiah. Disisi lain pengaruhnya sangat besar terhadap para pengikutnya. Ia dianggap mempunyai hubungan dengan gerakan qaramitah.4)

c.       Pokok Pikiran Al-Hallaj
Diantara pemikiran Al-Hallaj yang paling terkenal adalah :
-          Al-Hulul dan Wahdat Asy-Syuhud
Kata hulul, berdasarkan pengertian bahasa berarti menempuh suatu tempat, sedangkan menurut istilah ilmu tasawuf, Al-Hulul berarti paham yang mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat dari dalamnya setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh dilenyapkan.
Al-Hallaj berpendapat bahwa dalam diri manusia sebenarnya ada sifat-sifat  ketuhanan. Ia menriwayatkannya dari ayat :



“Dan ( ingatlah ) ketika kami berfirman kepada para malaikan : “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis, ia enggan dan takabur dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”.
( QS. Al-Baqoroh : 32 ).
Mengingat ayat di atas Al-Hallaj memahaminya dari sebagiannya saja menurutnya ia mengeluarkan sesuatu dari pada dalam bentuk copy diri-Nya yang mempunyai segala sifat dan nama. Bentuk copy ini adalah Adam. Pada diri Adamlah Allah muncul.

Dalam syairnya :
“Maha Suci Dzat yang sesat kemanusiaan-Nya membuka rahasia Ketuhanan-Nya yang gemilang, kemudian kelihatan bagi makhluknya dengan nyata dalam bentuk manusia yang makan dan minum.
Menurutnya bahwa Tuhan mempunyai dua wujud dasar yaitu sifat ketuhannan-Nya sendiri ( lahut ) dan sifat kemanusiaan ( nasut ). Jika lahut Allah mengandung tubuh seperti manusia yang terdiri atas roh dan jasad. Lahut tidak dapat bersatu dengan manusia kecuali dengan cara menempuh tubuh setelah sifat-sifat kemanusiannya hilang, seperti yang terjadi pada Isa.
Menurut Al-Hallaj pada hulul terkandung kefanaan total kehendak manusia dalam kehendak ilahi, sehingga setiap kehendaknya adalah kehendak Tuhan, demikian juga tindakannya. Namun dilain waktu Al-Hallaj mengatakan :
“Barang Siapa mengira bahwa ketuhanan berpadu jadi satu dengan kemanusiaan ataupun kemanusiaan berpadu dengan ketuhanan, maka kafirlah ia.sebab, Allah mandiri dalam dzat maupun sifat-Nya dari dzat dan sifat makhluk. Ia tidak sekali-kali menyerupai makhluk-Nya dan mereka pun tidak sekali-kali menyerupainya”.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa hulul yang terjadi pada Al-Hallaj tidaklah nyata karena memberikan pengertian secara jelas adanya perbedaan antara hamba dan Tuhan.

3.      IBN ARABI
a.      Biografi Singkat
Nama lengkap Ibn Arabi adalah Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Abdullah Ath-Tha’i Al-Haitami. Ia lahir di Murcia. Beliau dilahirkan di Murcia, Andalusia Tenggara, Spanyol, tahun 560 H, dari keluarga berpangkat, hartawan dan ilmuwan.5) Namanya biasa disebut tanpa Al untuk membedakan dengan Abu Bakar ibn Al-Arabi, seorang qudhi dari Siria yang wafat tahun 543 H.
Ketika dia berumur delapan tahun, keluarganya pindah ke Siria. Tempat dimana beliau belajar Al-Qur'an, hadits, serta fiqih pada sejumlah murid seorang fakih Andalusia terkenal, Ibnu Hazim Al-Zhahiri.6) Setelah berumur 30 tahun. Ia mulai berkelana ke berbagai wilayah di Andalusia dan wilayah Islam bagian Barat. Di tempat itu beliau belajar kepada seorang sufi diantara deretan guru-gurunya seperti Abu Madyun Al-Ghuts Al-Talimsari dan Yasmin Musyaniyah. Dan akhirnya tahun 620 H ia tinggal di Hijaz serta meninggal di sana tahun 638 H. Doktrinnya yaitu Wahdadul Wujud yakni penyatuan wujud. Kemudian tentang Haqiqoh Al-Muhammadiyah

b.      Keistimewaan
Ibn Arabi termasuk salah seorang pemikir besar Islam. Beliau memiliki kelebihan dan keistimewaan dari sebagai sufi lainnya. Diantara keistimewaan Arabi aalah :
-          Pemikir-pemikir Eropa antara lain Dante terpengaruh oleh pemikirannya tidak itu juga para pemikir sufi dan mistikus setelahnya baik Barat maupun di Timur juga banyak mengambil pemikirannya.
-          Posisinya yang begitu tinggi dalam kalangan tasawuf, hingga ia digelari Al-Syaikh Al-Akbar.7)
-          Beliau juga salah seorang tokoh pertama penyusun paham kesatuan wujud dalam tasawuf.

c.       Pokok Pikiran Ibn Arabi
Seperti juga sufi yang lain Ibn Arabi mempunyai pemikiran-pemikiran yang baik mengenai ajaran tasawuf diantaranya adalah :
-          Mengenai Wahdul Al-Wujud ( kesatuan wujud )
-          Mengenai Al-Hakekat Al-Muhammadiyah dan Wahdat Al-Adyan              ( kesamaan agama ) yang merupakan cabang dari wahdul Al-Wujud.
Menurut Ibn Arabi, Tuhan adalah pencipta alam semesta. Adapun proses penciptaannya adalah sebagai berikut :
1.      Tajali dzat Tuhan dalam bentuk a’yan tsabilah.
2.      Tanazub dzat Tuhan dari alam ma’ani ke alam ta’ayyunat ( realitas, realitas rohaniah ), yaitu alam arwah yang mujarad.
3.      Tanazul kepada realitas-realitas nafsiah, yaitu alam nafsiah berpikir.
4.      Tanazul Tuhan dalam bentuk ide materi yang bukan materi, yaitu alam mutsal atau khayal.
5.      Alam materi
Mengenai terjadinya alam ini beliau mengemukakan bahwa alam itu tidak dapat dipatahkan dari ajaran hakikat Muhammadiyah atau Nur Muhammad, ajaran-ajarannya yaitu :
    1. Wujud Tuhan sebagai wujud mutlak.
    2. Wujud hakikat Muhammadiyah yang emanasi ( pelimpahan ). Pertama dari wujud Tuhan kemudian muncullah segala yang wujud.

4.      Al-SUHRAWARDI Al-MAQTUL DAN HIKMAH Al-ISYRAQ
a.      Riwayat Al-Suhrawardi
Al-Suhrawardi Al-Maqtul termasuk salah seorang dari generasi pertama para sufi filosof. Nama lengkapnya yaitu Abu Al-Hasan Yahya ibn Habsy ibn Amrah bergelar Syehabuddin dan dikenal juga sebagai sang bijak     ( Al-Hakim ). Dan dilahirkan di Suhraward sekitar tahun 550 H dan dibunuh di Haleb ( Aleppo ), atas perintah Shalahuddin Al-Assuyuti tahun 578 H. Karena itulah ia digelari Al-Maqthub ( yang dibunuh ), sebgaai pembedaan dengan sufi lainnya yaitu Abu Al-Najib Al-Suhrawardi ( meninggal tahun 563 H ) dan Abu Hajih Syiharuddin Al-Suhrawardi Al-Baghdaq ( meninggal tahun 632 H ), penyusun kitab Awarif Al-Ma’arif.
Al-Suhrawardi menuntut ilmu di Muraqha, kawasan Azerbaryan ia belajar kepada seorang faqih dan teolog terkenal, Masdudin Al-Ula, guru Tasruddin Al-Razi, di Ustahan dia belajar logika kepada Ibn Suhlan Al-Sawi, penyusun kitab Al-Basha’ri Al-Nashiriyyun. Selain itu, dia juga bergabung dengan para sufi serta hidup kepada Al-Syafif Iftikharuddin. Di kota inilah ia menjadi terkenal dan membuat para fuqoha menjadi iri kepadanya dan mulai mengecamnya. Akibatnya dia segera dipanggil pangeran Al-Zhahir, penguasa Halib. Sang panggeeran kemudian melangsungkan suatu pertemuan dengan dihadiri para teologi maupun para fuqoha. Maka disinilah ia berhasil mengemukakan argumen-argumennya sehingga ia dekat dengan Al-Zhahir. Doktrinnya tentang hikmatul Isyroq ( hikmatul Isryo’ )

b.      Keistimewaan
-          Pengetahuan filsafat Al-Suhrawardi begitu mendalam, bahkan kitab Thabaqat Al-Athiba menyebut Al-Suhrawardi sebagai salah seorang tokoh zamannya dalam ilmu-ilmu hikmah.
-          Ia begitu menguasai ilmu-ilmu tasawuf, ushul fiqh, begitu cerdas pikirannya dan begitu fashi ungkapan-ungkapannya.
-          Al-Suhrawardi telah meninggalkan sejumlah karya dan risalah, yang antara lain yaitu hikmah Al-Isyraq, Al-Talwihat, Hasahil Al-Nur, Al-Muqawmat, Al-Muthasihat Al-Alwah Al-Imadiyyah, dan sebagian dua-dua.

c.       Pokok Pikiran Al-Suhrawardi
-          Mengenal hikmah Al-Isyraq
Al-Suhrawardi mengemukakan bahwa hikmah isyuq ini didasarkan pada rasa.
-          Mengenai wujud
Al-Suhrawardi telah menyusun sebuah teori yang dia kemukakan secara simbolis, berdasarkan teori emanasi. Menurutnya, terdapat beberapan alam yang melimpah dan Allah atau ahaya dari segala cahaya, yang merupakan matahari yang sama sekali tidak kehilangan cahaya, sekalipun ia bersinar terus-menerus. Menurutnya terdapat 3 alasan yang melimpah yakni alam akal budi, alam jiwa, dan alam tubuh.

5.      ABDUL KARIM Al-JILLI
a.      Kehidupan Al-Jilli
Beliau adalah seorang ulama yang mempunyai nama lengkap Abdul Karim bin Ibrahim Al-Jilli atau dikenal dengan Al-Jaelani.8) Ia lahir pada tahun 1365 M dari Jilan ( Gilan ). Sebuah propinsi disebelah Selatan kasha dan wafat pada tahun 1417 M. Beliau dikenal dengan nama Al-Jilli karena beliau dilahirkan di suatu daerah yang bernama Jilli. Al-Jailan, karena beliau masih mempunyai hubungan keturunan Syekh Abdul Qodir jailani. Gurunya dalam belajar tasawuf. Disamping itu, berguru pula pada Syekh Syararuddin Isma’il bin Ibrahim Al-Jabarti di Zabih ( Yaman ) pada tahun 1393 – 1403 M.
Beliau dikenal sebagai tokoh sufi yang banyak memiliki kesamaan dengan tokoh sufi yang bernama Ibnu Arabi, dengan adanya kesamaan yang dimiliki itu akhirnya beliau menjadi pengikut setia dan menelusuri ajaran tasawuf yang dibawa oleh Ibn Arabi.

b.      Ajaran Tasawuf Al-Jilli
Konsep tentang insan kamil yaitu manusia yang sempurna. Ajaran tasawuf Al-Jilli yang terpenting adalah paham insan kamil ( manusia sempurna ). Menurut Al-Jilli, insan kamil adalah copy Tuhan, seperti disebutkan pada hadits :


“Allah menciptakan Adam dalam bentuk Yang Maha Rahman”.
Al-Jilli berpendapat bahwa nama dan sifat ilahiah pada dasarnya merupakan makhluk insan kamil sebagai suatu kemeshaan yang inheren dan esensinya. Hal itu karena sifat dan nama tersebut tidak memiliki tempat terwujud, melainkan pada insan kamil. Lebih lanjut Al-Jilli berkata bahwa duplikasi Al-Kamal ( kesempurnaan ) pada dasarnya dimiliki oleh semua manusia. Al-Kamal dalam konsepnya mungkin dimiilki manusia secara profesional dan mungkin pula secara aktual seperti yang terdapat dalam diri Wali dan pada manusia alam intensitas yang berbeda.
Al-Jilli merumuskan beberapa maqam yang harus dilalui seorang sufi. Dalam istilahnya, maqam itu disebut Al-martabah ( jenjang /  tingkatan ). Maqam-maqam itu adalah :9)
1.      Islam-Islam yang didasarkan pada 5 poros atau rukun dalam pemahaman kaum sufi tidak hanya dilakukan secara ritual, tetapi harus dipahami dan dirasakan lebih dalam.
2.      Iman, yakni membenarkan dengan sepenuh keyakinan akan rukun Iman dan melaksanakan dasar-dasar Iman.
3.      Ash-Shailan. Pada maqam ini seorang sufi mencapai tingkatan yang terus-menerus kepada Allah dengan perasaan khusus dan rasa.
4.      Ihsan. Maqam ini menunjukkan bahwa seorang sufi mencapai tingkat menyaksikan efek ( atsar ) nama dan sifat Tuhan. Sehingga dalam ibadahnya merasa seakan-akan berada di hadapan-Nya.
5.      Syahadah. Pada maqam ini, seorang sufi telah mencapai iradah.
6.      Shiddiqiyah. Istilah ini menggambarkan tingkat pencapaian halikul ma’rufat yang diperoleh secara bertahap dari Ilmu Al-Yaqin, Azm             Al-Yaqin dan Haqq Al-Yaqin. Menurut Al-Jilli seroqng sufi yang telah mencapai tingkat ini mampu menyakinkan hal-hal yang gaib kemudian melihat rahasia-rahasia Tuhan sehingga mengetahui hakikat diri-Nya.
7.      Qurbah. Ini merupakan maqam yang memungkinkan seorang sufi dapat menampakkan diri dalam sifat dan nama yang mendekati sifat dan nama Tuhan.

6.      JALALUDDIN Al-RUMI
a.      Riwayat Al-Rumi
Beliau adalah seorang sufi yang mempunyai nama lengkap Muhammad bin Muhammad bin Husein Al-Khatbi Al-Bahri. Beliau dikenal dengan nama Jalaluddin Al-Rumi. Di Balk daerah Persia pada tahun 604 H beliau dilahirkan dan mendapat gelar Al-Rumi karena keluarganya tinggal            di wilayah Andalusia bagian Barat yang dikenal dengan Wil Rum.
Selama 4 tahun di kota kelahirannya ia kemudian pindah ke Anatolia, lalu ke Koniya kemudian ke Turki sampai beliau meninggal dunia. Disamping mendapat pendidikan dari lingkungan keluarganya, beliau juga mengembara ke berbagai negara untuk menuntut ilmu. Diantara guru-gurunya adalah Faridudin Attar, Sana’il Al-Ghazali dan Syamsudin Tabrizi.
Setelah ayahnya meninggal, beliau mengantikan kedudukan ayahnya untuk memberi pelajaran kepada para pengikutnya dan menduduki kedudukan sebagai ulama. Diantara orang yang selalu membantu Jalaluddin Al-Rumi dalam menulis berbagai pengalaman sufi adalah Salahuddin Zarkub dan Hasanuddin Saleh seorang murid yang paling dekat dengan Al-Rumi.10)

b.      Keistimewaan Al-Rumi
Diantara kelebihan-kelebihan Al-Rumi yang dimiliki adalah :
-          Beliau merubah kehidupan menjadi seorang sufi setelah beliau mendapat pertanyaan dari Al-Tabrizi sebagai berikut : “Apa yang engkau pelajarkan sekarang ?”. “Aku mengajarkan ilmu syari’at”, kata Al-Rumi. “Apakah tidak lebih baik anda mengajarkan tentang orang yang mengerti syari’at itu”. Demikian kemudian proses perubahan kehidupan Al-Rumi yang semula senang musik, seni dan ilmu berubah menjadi cinta kepada tuhna.
-          Beliau adalah seorang sufi yang mengarang syair terpanjagn yang ditulis dalam karyanya yang berujudl “Al-Masnawi” yang berisi lebih dari 26.000 baris syair.11)

c.       Pokok-Pokok Pikiran Al-Rumi
Beberapa pemikiran Al-Rumi sebagai seorang sufi diantarnya aalah :
1.       Hidup di dunia ini harus dapat memanfaatkan apa yang ada pada manusia itu sendiri untuk membentuk jiwa hingga selalu ingat dan menghambakan diri kepada Allah.
2.       Keselamatan datang kepada malaikat melalui pengetahuan yang benar dan terpenuhi dalam dirinya.
3.       Kecintaan Al-Rumi adalah kecintaan dalam tempat yang tinggal dan telah berada dalam jazad sejati. Ia tidak mengenal batas-batas tertentu dan tenggelam dalam laut ketuhanan.

d.      Karya-Karya Al-Rumi
-          Hudiqat Al-Haqaiq
-          Mantiq Al-Thair
-          Al-Masnawi
-          Al-Fiqhi Al-Akbar
-          Fihi Matihi



















KESIMPULAN


Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan, ada 6 orang fisolof yang terkenal yaitu :
1.      Abu Yazid Al-Busthomi
Beliau mempunyai nama lengkap Abu Yazid Thaifur bin Isa, beliau dilahirkan di Busthom Khurasan pada tahun 188 H dan beliau lebih dikenal dengan nama Abu Yazid Al-Busthomi.

2.      Abu Manshur Al-Hallaj
Nama lengkap Al-Hallaj adalah abu Al-Mughot Al-Husain bin Manshur bin Muhammad Al-Badhawi. Lahir di Band, sebauh kota kecil di wilayah Persia, pada tahun 244 H / 855 M. ia tambah dewasa di kota Wasith, dekat Baghdad.

3.      Ibn Arabi
Nama lengkap Ibn Arabi adalah Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Abdullah Ath-Tha’i Al-Haitami. Ia lahir di Murcia. Beliau dilahirkan di Murcia, Andalusia Tenggara, Spanyol, tahun 560 H, dari keluarga berpangkat, hartawan dan ilmuwan. Namanya biasa disebut tanpa Al untuk membedakan dengan Abu Bakar ibn Al-Arabi, seorang qudhi dari Siria yang wafat tahun 543 H.

4.      Al-Suhrawardi Al-Maqtul Dan Hikmah Al-Isyraq
Al-Suhrawardi Al-Maqtul termasuk salah seorang dari generasi pertama para sufi filosof. Nama lengkapnya yaitu Abu Al-Hasan Yahya ibn Habsy ibn Amrah bergelar Syehabuddin dan dikenal juga sebagai sang bijak ( Al-Hakim ).

5.      Abdul Karim Al-Jilli
Beliau adalah seorang ulama yang mempunyai nama lengkap Abdul Karim bin Ibrahim Al-Jilli atau dikenal dengan Al-Jaulani. Ia lahir pada tahun 1365 M dari Jilan ( Gilan ). Sebuah propinsi disebelah Selatan kasha dan wafat pada tahun 1417 M.
6.      Jalaluddin Al-Rumi
Beliau adalah seorang sufi yang mempunyai nama lengkap Muhammad bin Muhammad bin Husein Al-Khatbi Al-Bahri. Beliau dikenal dengan nama Jalaluddin Al-Rumi. Di Balk daerah Persia pada tahun 604 H beliau dilahirkan dan mendapat gelar Al-Rumi karena keluarganya tinggal diwilayah Andalusia bagian Barat yang dikenal dengan Wil Rum.
Beberapa karya  Al-Rumi :
-          Hudiqat Al-Haqaiq
-          Mantiq Al-Thair
-          Al-Masnawi
-          Al-Fiqhi Al-Akbar
-          Fihi Matihi



DAFTAR PUSTAKA


1.      Drs. Abu Al-Wafa Al-Gharimi Al-Taftazani, Sufi Dari Zaman ke Zaman, terj. Ahmad Rafi’il Utsman, Pustaka, Bandung, 1985.
2.      Drs. Rosikin Anwar dan Drs. Mukhtar Solikhin, Ilmu Tasawuf, Pustaka Setia, Bandung, 2000.
3.      Ustadz Labib MZ, Ajaran Tasawuf dan Thoriqoh, Bintang Maha Jaya, Surabaya, 2003.









1) Ustadz Labib MZ., Ajaran Tasawuf Dan Thoriqot, hal. 194.
2) Saleh Abdul Subur, Tragedi Al-Hallaj, Pustaka, Bandung, 1976, hlm. VIII.
3) Al-Taftazani, Op.Cit, hlm. 121.
4) Rosihan Anwar dan Muhtar Solihin, Ilmu Tasawuf, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hal. 137.
5) Abu Al-Wafa’ Al-Ghanimi Al-Taftazani, Sufi Dari Zaman Ke Zaman, terj. Ahmad Fari’il Utsmani, Pustaka, Bandung, 1985, hlm. 187.
6) Ibid
7) Ibid
8) Ustadz Labib, Op.Cit, hlm. 145.
9) Rosihan Anwar dan Mukhlisin Solikhin, Op.Cit, hlm. 157.
10) Ustadz Labib, M.Z, Op.Cit, hlm. 335.
11) Ibid, hlm. 137.

0 komentar:

Posting Komentar

Followers