PEMBAHASAN
1.
ABU
YAZID Al-BUSTHOMI
a.
Kehidupan
Beliau mempunyai nama lengkap Abu
Yazid Thaifur bin Isa, beliau dilahirkan di Busthom Khurasan pada tahun 188 H
dan beliau lebih dikenal dengan nama Abu Yazid Al-Busthomi.1)
Abu Yazid dikenal sebagai anak saleh yang dalam lingkungan keluarga yang taat
beragama. Sejak kecil beliau belajar agama ke masjid, setelah dewasa beliau
melanjutkan belajar agama ke berbagai daerah untuk berguru kepada ulama-ulama
terkenal seperti Abu Ali dari Sind .
Dikalangan ulama lebih dikenal
sebagai tokoh fiqih sebagai pengikut dari Abu Hanifah, tetapi pada akhir
kehidupannya beliau lebih dikenal sebagai ahli tasawuf.
Kehidupannya sebagai seorang sufi
ditempuh dalam perjalanan yang cukup panjang, kira-kira dalam waktu 30 tahun
beliau berkelana menyusuri padang
pasir, hidup dengan zuhud. Dari kezuhudannya itu beliau dapat mendekatkan diri
kepada Allah dan memperoleh ma’rifat yang hakiki untuk dapat mengenal Allah.
Doktrinnya yang terkenal adalah ittihat yaitu doktrin penyatuan.
b.
Keistimewaan
Sebagai seorang sufi, ada beberapa
kelebihan dan keistimewaan yang dimiilki Abu Yazid diantaranya adalah :
1.
Sebagai
seorang sufi yang mencapai maqam Mahabbah dan Ma’rifat sampai memasuki maqam
fana. Dalam memasuki maqam fana ini Abu Yazid berkata : “menjadilah sifatku
sifat rububiyah, lidahku adalah lisan tauhid dan isyaratku adalah isyarat
keabadian”. Dalam maqam fana ini Abu Yazid semakin jauh dan mendalam dalam lautan
fana, hingga menyatu dengan Tuhan.
2.
Ucapan-ucapan
Abu Yazid yang bersifat shathahat menimbulkan tanggapan yang berbeda dikalangan
tokoh sufi, ada yang mendukungnya dan ada yang menentangnya, diantaranya ucapan
yang bersifat syathathat yang diucapkan Abu Yazid : “Tiada Tuhan selain Aku,
Maha Suci aku, Maha Suci aku, Maha Besar aku”.
c.
Pokok
Pikiran Abu Yazid
Sebagai seorang sufi ada beberapa
pokok pikiran yang dikembangkan oleh Abu Yazid adalah :
1.
Orang yang
arif tidak tergantung cita-citanya kepada yang diangan-angankan dan seorang
zahid tidak bergantung cita-citanya kepada apa-apa yang dimakan.
2.
Orang yang
bahagia adalah orang yang dapat mengumpulkan cita-citanya menjadi satu yaitu
semata-mata hanya kepada Allah. Dan hatinya tidak terganggu dengan apa yang
dilihat oleh matanya dan didengar oleh telinganya didunia.
3.
Barang
siapa yang dapat mengenal Allah, maka sesungguhnya ia zuhud dari segala sesuatu
yang mengganggu dirinya.
2.
ABU
MANSHUR Al-HALLAJ
a.
Riwayat
Hidup Al-Hallaj
Nama lengkap Al-Hallaj adalah abu
Al-Mughot Al-Husain bin Manshur bin Muhammad Al-Badhawi. Lahir di Band, sebauh kota kecil di wilayah Persia ,
pada tahun 244 H / 855 M. ia tambah dewasa di kota
Wasith, dekat Baghdad .
Pada umur 16 tahun, ia belajar pada seorang sufi yang terkenal yang bernama Sahl
bin Abdullah Al-Tushuri di Ahwasz. Dan tahun kemudian ia pergi ke Basrah dan
berguru pada Amr Al-Makki yang juga seorang usfi, pada tahun 878 M. beliau juga
belajar kepada Al-Junaid di kota Baghdad . Kemudian beliau
pergi dari satu negeri ke negeri lain untuk menambah pengetahuan dan pengalaman
dalam ilmu tasawuf. Beliau digelari Al-Hallaj karena menghidupkannya yang
diperoleh dari memintal wol.2)
Pada tahun 296 H / 909 M beliau
kembali ke Baghdad .
Dengan beliau bersahabat dengan Nasr Al-Qusyairi yang mengingatkan sistem tata
usaha yang baik dan pemerintahan yang bersih. Al-Hallaj selalu mendorong
sahabatnya melakukan perbaikan dalam pemerintahan dan selalu melontarkan kritik
terhadap penyelewengan-penyelewengan yang terjadi. Gagasan “pemerintahan yang bersih”
dari Nasr Al-Qusyairi dan Al-Hallaj ini jelas berbahaya terhadap kekhalifahan
pada saat itu.
Kemudian pada tahun 297 H, seorang
faqih yang bernama Dawud Al-Zhahiri, mengeluarkan fatwa bahwa Al-Hallaj telah
sesat. Atas dasar itu, maka Al-Hallaj ditangkap dan dipenjara, namun ia
berhasil meloloskan diri. Hingga pada tahun 301 H beliau kembali ditangkap,
yang disusul dengan keluarnya fatwa sebelumnya oleh seorang hakim mazhab Maliki
yaitu Abu Amru.3) Al-Hallaj akhirnya
dijatuhi hukuman mati lewat tiang salib, dipotong kedua tangan dan kakinya,
juga kepalanya lalu mayatnya dibuang di sungai Tigris .
Dan akhirnya Al-Hallaj wafat pada tahun 922 M. Doktrin yang terkenal Al-Hulul.
b.
Keistimewaan
Al-Hallaj
Keteguhan dan keberaniannya terhadap
penyebaran ilmunya mempunyai sisi keistimewaan diantaranya adalah :
-
Keberanian
yang luar biasa saat dia di eksekusi mati beliau memasrahkan para pembunuhnya.
Tersebut dalam riwayat beliau telah berseru : “Mereka semua adalah hamba-Mu !
mereka berkumpul untuk membunuhku karena fitnahnya terhadap agama-Mu, dan untuk
mendekatkan diri kepada-Mu. Maka ampunilah mereka. Andaikan kau mengharap
kepada mereka apa yang kau singkapkan kepadaku, karenanya mereka tidak akan
melakukan apa yang mereka perbuat ini.
-
Doktrin
Al-Hallaj telah menumbuhkan berbagai perbedaan pendapat yang tajam tentang
isinya.
-
Ajaran-ajaran
masih tetap berkembang meskipun dia sudah mati. terbukti setelah satu abad dari
kematiannnya di Irak ada 4.000 orang yang menamakan diri hallajiah. Disisi lain
pengaruhnya sangat besar terhadap para pengikutnya. Ia dianggap mempunyai
hubungan dengan gerakan qaramitah.4)
c.
Pokok
Pikiran Al-Hallaj
Diantara pemikiran Al-Hallaj yang
paling terkenal adalah :
-
Al-Hulul
dan Wahdat Asy-Syuhud
Kata hulul, berdasarkan pengertian bahasa berarti
menempuh suatu tempat, sedangkan menurut istilah ilmu tasawuf, Al-Hulul berarti
paham yang mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk
mengambil tempat dari dalamnya setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam
tubuh dilenyapkan.
Al-Hallaj berpendapat bahwa dalam diri manusia
sebenarnya ada sifat-sifat ketuhanan. Ia
menriwayatkannya dari ayat :
“Dan ( ingatlah ) ketika kami berfirman kepada para
malaikan : “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis, ia
enggan dan takabur dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”.
( QS. Al-Baqoroh : 32 ).
Mengingat ayat di atas Al-Hallaj
memahaminya dari sebagiannya saja menurutnya ia mengeluarkan sesuatu dari pada
dalam bentuk copy diri-Nya yang mempunyai segala sifat dan nama. Bentuk copy
ini adalah Adam. Pada diri Adamlah Allah muncul.
Dalam syairnya :
“Maha Suci Dzat yang sesat
kemanusiaan-Nya membuka rahasia Ketuhanan-Nya yang gemilang, kemudian kelihatan
bagi makhluknya dengan nyata dalam bentuk manusia yang makan dan minum.
Menurutnya bahwa Tuhan mempunyai
dua wujud dasar yaitu sifat ketuhannan-Nya sendiri ( lahut ) dan sifat
kemanusiaan ( nasut ). Jika lahut Allah mengandung tubuh seperti manusia yang
terdiri atas roh dan jasad. Lahut tidak dapat bersatu dengan manusia kecuali
dengan cara menempuh tubuh setelah sifat-sifat kemanusiannya hilang, seperti
yang terjadi pada Isa.
Menurut Al-Hallaj pada hulul
terkandung kefanaan total kehendak manusia dalam kehendak ilahi, sehingga
setiap kehendaknya adalah kehendak Tuhan, demikian juga tindakannya. Namun
dilain waktu Al-Hallaj mengatakan :
“Barang Siapa mengira bahwa
ketuhanan berpadu jadi satu dengan kemanusiaan ataupun kemanusiaan berpadu
dengan ketuhanan, maka kafirlah ia.sebab, Allah mandiri dalam dzat maupun sifat-Nya
dari dzat dan sifat makhluk. Ia tidak sekali-kali menyerupai makhluk-Nya dan
mereka pun tidak sekali-kali menyerupainya”.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa hulul
yang terjadi pada Al-Hallaj tidaklah nyata karena memberikan pengertian secara
jelas adanya perbedaan antara hamba dan Tuhan.
3.
IBN
ARABI
a.
Biografi
Singkat
Nama lengkap Ibn Arabi adalah
Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Abdullah Ath-Tha’i Al-Haitami. Ia lahir di Murcia . Beliau
dilahirkan di Murcia, Andalusia Tenggara, Spanyol, tahun 560 H, dari keluarga
berpangkat, hartawan dan ilmuwan.5) Namanya
biasa disebut tanpa Al untuk membedakan dengan Abu Bakar ibn Al-Arabi, seorang
qudhi dari Siria yang wafat tahun 543 H.
Ketika dia berumur delapan tahun,
keluarganya pindah ke Siria. Tempat dimana beliau belajar Al-Qur'an, hadits,
serta fiqih pada sejumlah murid seorang fakih Andalusia
terkenal, Ibnu Hazim Al-Zhahiri.6) Setelah
berumur 30 tahun. Ia mulai berkelana ke berbagai wilayah di Andalusia
dan wilayah Islam bagian Barat. Di tempat itu beliau belajar kepada seorang
sufi diantara deretan guru-gurunya seperti Abu Madyun Al-Ghuts Al-Talimsari dan
Yasmin Musyaniyah. Dan akhirnya tahun 620 H ia tinggal di Hijaz serta meninggal
di sana tahun
638 H. Doktrinnya yaitu Wahdadul Wujud yakni penyatuan wujud. Kemudian tentang
Haqiqoh Al-Muhammadiyah
b.
Keistimewaan
Ibn Arabi termasuk salah seorang
pemikir besar Islam. Beliau memiliki kelebihan dan keistimewaan dari sebagai
sufi lainnya. Diantara keistimewaan Arabi aalah :
-
Pemikir-pemikir
Eropa antara lain Dante terpengaruh oleh pemikirannya tidak itu juga para
pemikir sufi dan mistikus setelahnya baik Barat maupun di Timur juga banyak
mengambil pemikirannya.
-
Posisinya
yang begitu tinggi dalam kalangan tasawuf, hingga ia digelari Al-Syaikh
Al-Akbar.7)
-
Beliau
juga salah seorang tokoh pertama penyusun paham kesatuan wujud dalam tasawuf.
c.
Pokok
Pikiran Ibn Arabi
Seperti juga sufi yang lain Ibn Arabi
mempunyai pemikiran-pemikiran yang baik mengenai ajaran tasawuf diantaranya
adalah :
-
Mengenai
Wahdul Al-Wujud ( kesatuan wujud )
-
Mengenai
Al-Hakekat Al-Muhammadiyah dan Wahdat Al-Adyan ( kesamaan agama ) yang merupakan
cabang dari wahdul Al-Wujud.
Menurut Ibn Arabi, Tuhan adalah
pencipta alam semesta. Adapun proses penciptaannya adalah sebagai berikut :
1.
Tajali
dzat Tuhan dalam bentuk a’yan tsabilah.
2.
Tanazub
dzat Tuhan dari alam ma’ani ke alam ta’ayyunat ( realitas, realitas rohaniah ),
yaitu alam arwah yang mujarad.
3.
Tanazul
kepada realitas-realitas nafsiah, yaitu alam nafsiah berpikir.
4.
Tanazul
Tuhan dalam bentuk ide materi yang bukan materi, yaitu alam mutsal atau khayal.
5.
Alam
materi
Mengenai terjadinya alam ini beliau mengemukakan bahwa
alam itu tidak dapat dipatahkan dari ajaran hakikat Muhammadiyah atau Nur
Muhammad, ajaran-ajarannya yaitu :
- Wujud Tuhan sebagai wujud mutlak.
- Wujud hakikat Muhammadiyah yang emanasi ( pelimpahan ). Pertama dari wujud Tuhan kemudian muncullah segala yang wujud.
4.
Al-SUHRAWARDI
Al-MAQTUL DAN HIKMAH Al-ISYRAQ
a.
Riwayat
Al-Suhrawardi
Al-Suhrawardi Al-Maqtul termasuk
salah seorang dari generasi pertama para sufi filosof. Nama lengkapnya yaitu
Abu Al-Hasan Yahya ibn Habsy ibn Amrah bergelar Syehabuddin dan dikenal juga
sebagai sang bijak ( Al-Hakim ). Dan
dilahirkan di Suhraward sekitar tahun 550 H dan dibunuh di Haleb ( Aleppo ),
atas perintah Shalahuddin Al-Assuyuti tahun 578 H. Karena itulah ia digelari
Al-Maqthub ( yang dibunuh ), sebgaai pembedaan dengan sufi lainnya yaitu Abu
Al-Najib Al-Suhrawardi ( meninggal tahun 563 H ) dan Abu Hajih Syiharuddin
Al-Suhrawardi Al-Baghdaq ( meninggal tahun 632 H ), penyusun kitab Awarif
Al-Ma’arif.
Al-Suhrawardi menuntut ilmu di
Muraqha, kawasan Azerbaryan ia belajar kepada seorang faqih dan teolog
terkenal, Masdudin Al-Ula, guru Tasruddin Al-Razi, di Ustahan dia belajar
logika kepada Ibn Suhlan Al-Sawi, penyusun kitab Al-Basha’ri Al-Nashiriyyun.
Selain itu, dia juga bergabung dengan para sufi serta hidup kepada Al-Syafif
Iftikharuddin. Di kota
inilah ia menjadi terkenal dan membuat para fuqoha menjadi iri kepadanya dan
mulai mengecamnya. Akibatnya dia segera dipanggil pangeran Al-Zhahir, penguasa
Halib. Sang panggeeran kemudian melangsungkan suatu pertemuan dengan dihadiri
para teologi maupun para fuqoha. Maka disinilah ia berhasil mengemukakan
argumen-argumennya sehingga ia dekat dengan Al-Zhahir. Doktrinnya tentang
hikmatul Isyroq ( hikmatul Isryo’ )
b.
Keistimewaan
-
Pengetahuan
filsafat Al-Suhrawardi begitu mendalam, bahkan kitab Thabaqat Al-Athiba
menyebut Al-Suhrawardi sebagai salah seorang tokoh zamannya dalam ilmu-ilmu
hikmah.
-
Ia begitu
menguasai ilmu-ilmu tasawuf, ushul fiqh, begitu cerdas pikirannya dan begitu
fashi ungkapan-ungkapannya.
-
Al-Suhrawardi
telah meninggalkan sejumlah karya dan risalah, yang antara lain yaitu hikmah
Al-Isyraq, Al-Talwihat, Hasahil Al-Nur, Al-Muqawmat, Al-Muthasihat Al-Alwah Al-Imadiyyah,
dan sebagian dua-dua.
c.
Pokok
Pikiran Al-Suhrawardi
-
Mengenal
hikmah Al-Isyraq
Al-Suhrawardi mengemukakan bahwa
hikmah isyuq ini didasarkan pada rasa.
-
Mengenai
wujud
Al-Suhrawardi telah menyusun sebuah
teori yang dia kemukakan secara simbolis, berdasarkan teori emanasi.
Menurutnya, terdapat beberapan alam yang melimpah dan Allah atau ahaya dari
segala cahaya, yang merupakan matahari yang sama sekali tidak kehilangan
cahaya, sekalipun ia bersinar terus-menerus. Menurutnya terdapat 3 alasan yang
melimpah yakni alam akal budi, alam jiwa, dan alam tubuh.
5.
ABDUL
KARIM Al-JILLI
a.
Kehidupan
Al-Jilli
Beliau adalah seorang ulama yang
mempunyai nama lengkap Abdul Karim bin Ibrahim Al-Jilli atau dikenal dengan
Al-Jaelani.8) Ia lahir pada tahun
1365 M dari Jilan ( Gilan ). Sebuah propinsi disebelah Selatan kasha dan wafat
pada tahun 1417 M. Beliau dikenal dengan nama Al-Jilli karena beliau dilahirkan
di suatu daerah yang bernama Jilli. Al-Jailan, karena beliau masih mempunyai
hubungan keturunan Syekh Abdul Qodir jailani. Gurunya dalam belajar tasawuf.
Disamping itu, berguru pula pada Syekh Syararuddin Isma’il bin Ibrahim
Al-Jabarti di Zabih ( Yaman ) pada tahun 1393 – 1403 M.
Beliau dikenal sebagai tokoh sufi
yang banyak memiliki kesamaan dengan tokoh sufi yang bernama Ibnu Arabi, dengan
adanya kesamaan yang dimiliki itu akhirnya beliau menjadi pengikut setia dan
menelusuri ajaran tasawuf yang dibawa oleh Ibn Arabi.
b.
Ajaran
Tasawuf Al-Jilli
Konsep tentang insan kamil yaitu
manusia yang sempurna. Ajaran tasawuf Al-Jilli yang terpenting adalah paham
insan kamil ( manusia sempurna ). Menurut Al-Jilli, insan kamil adalah copy
Tuhan, seperti disebutkan pada hadits :
“Allah menciptakan Adam dalam bentuk Yang Maha Rahman”.
Al-Jilli berpendapat bahwa nama dan
sifat ilahiah pada dasarnya merupakan makhluk insan kamil sebagai suatu
kemeshaan yang inheren dan esensinya. Hal itu karena sifat dan nama tersebut
tidak memiliki tempat terwujud, melainkan pada insan kamil. Lebih lanjut
Al-Jilli berkata bahwa duplikasi Al-Kamal ( kesempurnaan ) pada dasarnya
dimiliki oleh semua manusia. Al-Kamal dalam konsepnya mungkin dimiilki manusia
secara profesional dan mungkin pula secara aktual seperti yang terdapat dalam
diri Wali dan pada manusia alam intensitas yang berbeda.
Al-Jilli merumuskan beberapa maqam
yang harus dilalui seorang sufi. Dalam istilahnya, maqam itu disebut
Al-martabah ( jenjang / tingkatan ).
Maqam-maqam itu adalah :9)
1.
Islam-Islam
yang didasarkan pada 5 poros atau rukun dalam pemahaman kaum sufi tidak hanya
dilakukan secara ritual, tetapi harus dipahami dan dirasakan lebih dalam.
2.
Iman,
yakni membenarkan dengan sepenuh keyakinan akan rukun Iman dan melaksanakan
dasar-dasar Iman.
3.
Ash-Shailan.
Pada maqam ini seorang sufi mencapai tingkatan yang terus-menerus kepada Allah
dengan perasaan khusus dan rasa.
4.
Ihsan.
Maqam ini menunjukkan bahwa seorang sufi mencapai tingkat menyaksikan efek (
atsar ) nama dan sifat Tuhan. Sehingga dalam ibadahnya merasa seakan-akan
berada di hadapan-Nya.
5.
Syahadah.
Pada maqam ini, seorang sufi telah mencapai iradah.
6.
Shiddiqiyah.
Istilah ini menggambarkan tingkat pencapaian halikul ma’rufat yang diperoleh
secara bertahap dari Ilmu Al-Yaqin, Azm Al-Yaqin dan Haqq Al-Yaqin.
Menurut Al-Jilli seroqng sufi yang telah mencapai tingkat ini mampu menyakinkan
hal-hal yang gaib kemudian melihat rahasia-rahasia Tuhan sehingga mengetahui
hakikat diri-Nya.
7.
Qurbah.
Ini merupakan maqam yang memungkinkan seorang sufi dapat menampakkan diri dalam
sifat dan nama yang mendekati sifat dan nama Tuhan.
6.
JALALUDDIN
Al-RUMI
a.
Riwayat
Al-Rumi
Beliau adalah seorang sufi yang
mempunyai nama lengkap Muhammad bin Muhammad bin Husein Al-Khatbi Al-Bahri.
Beliau dikenal dengan nama Jalaluddin Al-Rumi. Di Balk daerah Persia pada tahun 604 H beliau dilahirkan dan
mendapat gelar Al-Rumi karena keluarganya tinggal di wilayah Andalusia
bagian Barat yang dikenal dengan Wil Rum.
Selama 4 tahun di kota
kelahirannya ia kemudian pindah ke Anatolia ,
lalu ke Koniya kemudian ke Turki sampai beliau meninggal dunia. Disamping mendapat
pendidikan dari lingkungan keluarganya, beliau juga mengembara ke berbagai
negara untuk menuntut ilmu. Diantara guru-gurunya adalah Faridudin Attar,
Sana’il Al-Ghazali dan Syamsudin Tabrizi.
Setelah ayahnya meninggal, beliau
mengantikan kedudukan ayahnya untuk memberi pelajaran kepada para pengikutnya
dan menduduki kedudukan sebagai ulama. Diantara orang yang selalu membantu
Jalaluddin Al-Rumi dalam menulis berbagai pengalaman sufi adalah Salahuddin
Zarkub dan Hasanuddin Saleh seorang murid yang paling dekat dengan Al-Rumi.10)
b.
Keistimewaan
Al-Rumi
Diantara kelebihan-kelebihan Al-Rumi
yang dimiliki adalah :
-
Beliau
merubah kehidupan menjadi seorang sufi setelah beliau mendapat pertanyaan dari
Al-Tabrizi sebagai berikut : “Apa yang engkau pelajarkan sekarang ?”. “Aku
mengajarkan ilmu syari’at”, kata Al-Rumi. “Apakah tidak lebih baik anda
mengajarkan tentang orang yang mengerti syari’at itu”. Demikian kemudian proses
perubahan kehidupan Al-Rumi yang semula senang musik, seni dan ilmu berubah
menjadi cinta kepada tuhna.
-
Beliau
adalah seorang sufi yang mengarang syair terpanjagn yang ditulis dalam karyanya
yang berujudl “Al-Masnawi” yang berisi lebih dari 26.000 baris syair.11)
c.
Pokok-Pokok
Pikiran Al-Rumi
Beberapa pemikiran Al-Rumi sebagai
seorang sufi diantarnya aalah :
1.
Hidup di
dunia ini harus dapat memanfaatkan apa yang ada pada manusia itu sendiri untuk
membentuk jiwa hingga selalu ingat dan menghambakan diri kepada Allah.
2.
Keselamatan
datang kepada malaikat melalui pengetahuan yang benar dan terpenuhi dalam
dirinya.
3.
Kecintaan
Al-Rumi adalah kecintaan dalam tempat yang tinggal dan telah berada dalam jazad
sejati. Ia tidak mengenal batas-batas tertentu dan tenggelam dalam laut
ketuhanan.
d.
Karya-Karya
Al-Rumi
-
Hudiqat
Al-Haqaiq
-
Mantiq
Al-Thair
-
Al-Masnawi
-
Al-Fiqhi
Al-Akbar
-
Fihi
Matihi
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan, ada 6
orang fisolof yang terkenal yaitu :
1.
Abu Yazid
Al-Busthomi
Beliau
mempunyai nama lengkap Abu Yazid Thaifur bin Isa, beliau dilahirkan di Busthom
Khurasan pada tahun 188 H dan beliau lebih dikenal dengan nama Abu Yazid
Al-Busthomi.
2.
Abu
Manshur Al-Hallaj
Nama
lengkap Al-Hallaj adalah abu Al-Mughot Al-Husain bin Manshur bin Muhammad
Al-Badhawi. Lahir di Band, sebauh kota kecil di
wilayah Persia , pada tahun
244 H / 855 M. ia tambah dewasa di kota Wasith,
dekat Baghdad .
3.
Ibn Arabi
Nama lengkap Ibn Arabi adalah
Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Abdullah Ath-Tha’i Al-Haitami. Ia lahir di Murcia . Beliau
dilahirkan di Murcia, Andalusia Tenggara, Spanyol, tahun 560 H, dari keluarga
berpangkat, hartawan dan ilmuwan. Namanya biasa disebut tanpa Al untuk
membedakan dengan Abu Bakar ibn Al-Arabi, seorang qudhi dari Siria yang wafat
tahun 543 H.
4.
Al-Suhrawardi
Al-Maqtul Dan Hikmah Al-Isyraq
Al-Suhrawardi Al-Maqtul termasuk
salah seorang dari generasi pertama para sufi filosof. Nama lengkapnya yaitu
Abu Al-Hasan Yahya ibn Habsy ibn Amrah bergelar Syehabuddin dan dikenal juga
sebagai sang bijak ( Al-Hakim ).
5.
Abdul
Karim Al-Jilli
Beliau adalah seorang ulama yang
mempunyai nama lengkap Abdul Karim bin Ibrahim Al-Jilli atau dikenal dengan
Al-Jaulani. Ia lahir pada tahun 1365 M dari Jilan ( Gilan ). Sebuah propinsi
disebelah Selatan kasha dan wafat pada tahun 1417 M.
6.
Jalaluddin
Al-Rumi
Beliau adalah seorang sufi yang mempunyai
nama lengkap Muhammad bin Muhammad bin Husein Al-Khatbi Al-Bahri. Beliau
dikenal dengan nama Jalaluddin Al-Rumi. Di Balk daerah Persia pada tahun 604 H beliau dilahirkan dan
mendapat gelar Al-Rumi karena keluarganya tinggal diwilayah Andalusia
bagian Barat yang dikenal dengan Wil Rum.
Beberapa karya
Al-Rumi :
-
Hudiqat
Al-Haqaiq
-
Mantiq
Al-Thair
-
Al-Masnawi
-
Al-Fiqhi
Al-Akbar
-
Fihi
Matihi
DAFTAR PUSTAKA
1.
Drs. Abu
Al-Wafa Al-Gharimi Al-Taftazani, Sufi Dari Zaman ke Zaman, terj. Ahmad
Rafi’il Utsman, Pustaka, Bandung ,
1985.
2.
Drs.
Rosikin Anwar dan Drs. Mukhtar Solikhin, Ilmu Tasawuf, Pustaka Setia, Bandung , 2000.
3.
Ustadz
Labib MZ, Ajaran Tasawuf dan Thoriqoh, Bintang Maha Jaya, Surabaya , 2003.
1) Ustadz Labib MZ., Ajaran
Tasawuf Dan Thoriqot, hal. 194.
2) Saleh Abdul Subur, Tragedi Al-Hallaj, Pustaka, Bandung , 1976, hlm. VIII.
3) Al-Taftazani, Op.Cit,
hlm. 121.
4) Rosihan Anwar dan Muhtar
Solihin, Ilmu Tasawuf, Pustaka Setia, Bandung , 2000, hal. 137.
5) Abu Al-Wafa’ Al-Ghanimi Al-Taftazani, Sufi Dari Zaman Ke Zaman,
terj. Ahmad Fari’il Utsmani, Pustaka, Bandung ,
1985, hlm. 187.
6) Ibid
7) Ibid
8) Ustadz Labib, Op.Cit,
hlm. 145.
9) Rosihan Anwar dan Mukhlisin
Solikhin, Op.Cit, hlm. 157.
10) Ustadz Labib, M.Z, Op.Cit, hlm. 335.
11) Ibid, hlm. 137.
0 komentar:
Posting Komentar