Pages

Rabu, 15 Februari 2012

biografi dzun nun al-mishri



A.  Riwayat Hidup Dzun Nun Al-Mishri

Dzun Nun Al-Mishri adalah nama julukan bagi seorang sufi yang tinggi, disekitar pertengahan abad ketiga hijriyah. Nama lengkapnya Abu Al-Fardh Yazuban bin Ibrahim. Beliau dilahirkan di kota Akhmim ( kawasan kota Mesir  hulu ). Ia dilahirkan pada tahun 180 H / 796 M dan wafat pada tahun 246 H /    846 M.1) Namun Tatfazani menuliskan bahwa tahun kelahirannya adalah 155 H / 770 M sedangkan tempat meninggalnya adalah Mesir pada tahun 245 H / 860 M.2)
Dalam perjalanan hidupnya Al-Mishri selalu berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Diantaranya berbagai daerah di Mesir. Bait Al-Maqdis Baghdad, Mekkah, Hijaz, Syina, Pegunungan Libanon, Anthokiah dan Lembah Kan’an. Ia hidup pada masa munculnya sejumlah ulama terkemukan dalam bidang ilmu fiqh, hadits dan guru sufi sehingga ia dapat berhubungan dan mengambil pelajaran dari mereka.
Al-Mishri adalah orang pertama yang memberi tafsiran terhadap isyarat-isyarat tasawuf. Ia pula merupakan orang pertama di Mesir yang berbicara tentang ahwal dan maqomat para wali dan orang yang pertama memberi definisi tauhid dengan pengertian yang bercorak sufistik. Ia mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan demikian tasawuf dan juga disebut sebagai salah seorang peletak dasar-dasar tasawuf.
Al-Mishri hidup pada masa awal pertumbuhan ilmu tasawuf ia pernah dipanggil menghadap kholifah Al-Mutawakil karena adanya gelombang protes yang disertai dengan tuduhan zindiq. Tetapi ia dibebaskan dan dipulangkan ke Mesir dengan penuh penghormatan. Kedudukannya sebagai wali diakui secara umum tatkala ia meninggalkan dunia yang fana ini.3)
Tujuan tasawuf Dzun Nun Al-Mishri ialah benci akan kemegahan dunia dan berjalan dalam garis yang ditentukan dalam kitab Allah dan Sunnaturrasul, takut akan berpaling mengikuti nafsu syahwat.4)

B.  Ajaran-Ajaran Tasawuf Dzun Nun Al-Mishri

  1. Demikian Dzun Nun Al-Mishri tentang ma’rifah
Al-Mishri merupakan pelopor paham ma’rifat. Beliau berhasil memperkenalkan corak baru tentang ma’rifat dalam bidang sufisme Islam.
Pertama, ia membedakan antara ma'rifat sufiah dan aqliyah. Ma'rifat yang pertama menggunakan pendekatan gaib yang biasa digunakan pada sufi, sedangkan ma'rifat yang kedua menggunakan pendekatan akal yang biasa digunakan para teolog.
Kedua, menurut Al-Mishri, ma'rifat sebenarnya adalah musyahadah qalbiyah ( penyaksian hati ).
Ketiga, teori-teorinya ini kemudian dianggap sebagai jembatan menuju teori-teori Wahdat Asy-Syuhud dan ijtihad.
Pandangan-pandangan Al-Mishri tentang ma'rifat :
1.      Sesungguhnya ma'rifat yang hakiki bukanlah ilmu tentang keesaan Tuhan sebagiamana yang dipercaya orang-orang mukmin, bukan pula ilmu-ilmu Burhan dan Nazhar miliki para hakim, mutakalimin dan ahli balaqhah, tetapi ma'rifat terhadap keesaan Tuhan yang khusus dimiliki para wali Allah.
2.      Ma'rifat yang sebenarnya adalah bahwa Allah menyinari hatimu dengan cahaya ma'rifat yang murni seperti matahari tidak dapat dilihat kecuali dengan cahayanya.5)
Ma'rifat beliau dibagi menjadi 3 macam :
1.      Ma'rifat mu’minin biasanya mengenai Tuhan karena memang demikian ajaran yang diterimanya.
2.      Ma'rifat Abu Mutakalimin dan Hukam mencari Tuhan dengan akalnya, maka dengan akallah mereka dapat menyatakan adanya Tuhan, tetapi belum tentu dapat dirasainya atau lezatnya.
3.      Ma'rifat Muqaizbin mencari Tuhan dengan berpedoman kepada cinta yang dikaruniakan Tuhan kepada-Nya.6)
  1. Dzun Nun Al-Mishri membagi pengetahuan tentang Tuhan menjadi tiga, yaitu :
1.      Pengetahuan Awam
Yaitu pengetahuan bahwa Tuhan itu satu dengan perantaraan ucapan.
2.      Pengetahuan Ulama
Yaitu pengetahuan bawha Tuhan itu Esa, menurut logika akal.
3.      Pengetahuan Shufi
Yaitu pengetahuan bahwa Tuhan itu Esa dengan perantaraan hati sanubari.
Menurut Harun Nasution pengetahuan jenis pertama dan kedua belum dimasukkkan dalam kategori pengetauan haqiqi tentang Tuhan. Keduanya belum disebut dengan ma'rifat, tetapi disebut dengan ilmu. Sedangkan pengetahuan ketiga baru disebut dengan ma'rifat.
Dalam penjabaran rohani, Al-Mishri mempunyai sistematika sendiri tentang jalan menuju tingkat ma'rifat. Dari teks-teks ajarannya, Abdu          Al-Hamid Mahmud mencoba menggambarkan sistematika Al-Mishri sebagai berikut :
a.       Ketika ditanya tentang siapa sebenarnya orang bodoh itu ?. Al-Mishri menjawab : “orang yang tidak mengenal jalan menuju Allah dan tidak ada usaha untuk mengenal-Nya”.
b.      Al-Mishri mengatakan bahwa jalan itu ada dua macam, yaitu Thariq             Al-Inabah, adalah jalan yang harus dimulai dengan cara yang ikhlas dan benar, dan Thariq Al-Intiba’ adalah jalan yang tidak mensyaratkan              apa-apa pada seorang karena merupakan urusan Allah semata.
c.       Disisi lain Al-Mishri menyatakan bahwa manusia itu ada dua macam yaitu Darij dan Wasil. Darij adalah orang yang berjalan menuju jalan Iman, sedangkan Wasil adalah orang yang berjalan ( melayang ) di atas kekuatan ma'rifat.7)
Dzun Nun Al-Mishri juga menjelaskan untuk mencapai kepada Allah dengan 4 syarat, yaitu :
1.      Mencintai Allah dan Rasul-Nya.
2.      Membenci yang bersifat materi.
3.      Mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
4.      Takut akan berubah.8)
Sedangkan tanda orang yang arif ada 3 yaitu :
1.      Cahaya ma'rifatnya tidak memadamkan cahaya kerendahan hatinya.
2.      Tidak mengukuhi secara batiniyah ilmu yang bertentangan dengan  hukum lahirnya.
3.      Nikmat Allah yang banyak, tidak menggiringnya untuk melanggar          batas-batas Allah.
  1. Pandangan Dzun Nun Al-Mishri tenang maqamat dan ahwal
Pandangan Al-Mishri tentang maqamat, dikemukakan pada beberapa hal saja, yaitu : At-Taubah, Ash-Shabr, At-Tawakal dan Ar-Ridha. Menurut Al-Mishri, ada dua macam taubat yaitu taubat awam dan taubat khawas. Taubat orang awam yaitu taubat dari segala dosa, dan taubat orang khawas ialah taubat dari segala kelalaian.
Lebih lanjut Al-Mishri membagi taubat menjadi tiga tingkatan yaitu :
a.       Orang yang bertabat dari dosa dan keburukannya.
b.      Orang yang bertaubat dari kelalaian dan kealfaan mengingat Tuhan.
c.       Orang yang bertaubat karena memandang kebaikan ketaatannya.
Keterangan Al-Mishri tenang maqam Ash-Shabr ialah sabar dalam menghadapi cobaan.
Berkenaan dengan maqam At-Tawakal, Al-Mishri mendefinisikannya sebagai berhenti memikirkan diri sendiri dan merasa memiliki daya dan kekuatan. Intinya adalah penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah disertai perasaan tidak memiliki kekuatan.
Ketika ditanya tentang Ar-Ridha, Al-Mishri menjawab bahwa,             Ar-Ridha adalah kegembiraan hati menyambut ketentuan Tuhan baginya. Pendapat ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Al-Qannad, yang mengatakan bahwa rida itu adalah ketenangan hati dengan berlakunya ketentuan Tuhan.
Berkenaan dengan ahwal, Al-Mishri menjadikan mahaldaal ( cinta kepada Tuhan ) sebagai urutan pertama dari keempat ruang lingkup pembahasan tentang ma'rifat. Menurutnya, tanda-tanda orang yang mencintai Allah adalah mengikuti kekasih-Nya, yakni Nabi Muhammad SAW dalam hal akhlak, perbuatan, segala perintah dan sunnah Rasul, tidak mengabaikan syari’at. Ia menyatakan bahwa ada tiga simbol mahabbah yaitu rida terhadap hal-hal yang tidak disenangi, berprasangka baik terhadap sesuatu yang belum diketahui, dan berlaku baik dalam menentukan pilihan dan hal-hal yang diperingatkan.













KESIMPULAN


Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa :
1.      Ajaran-ajaran tasawuf Dzun Nun Al-Mishri :
a.       Ia membedakan antara ma'rifat sufiah dan aqliyah
b.      Ma'rifat sebenarnnya adalah musyahadah qalbiyah ( penyaksian hati ).
2.      Dzun Nun Al-Mishri membagi ma'rifat menjadi 3 macam, yaitu :
a.       Ma'rifat Mu’minin
b.      Ma'rifat Mutaqallimin
c.       Ma'rifat Maqarabin
3.      Pandangan Dzun nun Al-Mishri tentang maqamat, dibagi menjadi beberapa hal yaitu At-Taubah, Ash-Shabr, At-Tawakal dan Ar-Ridha.



















DAFTAR  PUSTAKA


1.      Zuhri, Amat, M.Ag, Ilmu Tasawuf, STAIN Pekalongan, 2004.
2.      Chusnan, M.A. Drs, Ilmu Tasawuf, Surabaya / Jakarta : PT. Bina Ilmu, 1978.
3.      Anwar, Rosihan, M.Ag, Solikhin Mukhtar, M.Ag, Ilmu Tasawuf, Bandung :        CV. Pustaka Setia, 2000.



1) Drs. Roshan Anwar, M.Ag dan Drs. Mukhtar Solikhin, M.Ag, Ilmu Tasawuf¸ CV. Pustaka Setia, Bandung, 2000, hal. 123.
2) Amat Zuhri, M.Ag, Panduan Kuliah Ilmu Tasawuf, hal. 43.
3) Drs. Rosihan Anwar, M.Ag dan Drs. Mukhtar Solikhin, M.Ag, Op.Cit, hal. 123 – 124.
4) Drs. Chusnan, M.A, Ilmu Tasawuf, PT. Bina Ilmu, Surabaya / Jakarta, 1978, hal. 44.
5) Drs. Rosihan Anwar, M.Ag, dan Drs. Muchtar Solihin, M.Ag, Op.Cit, hal. 125.
6) Drs. Chusnan, M.A, Op.Cit, hal. 44.
7) Drs. Rosihan Anwar, M.Ag, dan Drs. Muchtar Solihin, M.Ag, Op.Cit, hal. 126 – 127.
8) Amat Zuhri, M.Ag, Op.Cit, hal. 47.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Syukron Katsiiron atas ilmunya ya...
semoga diberkahi Allah

Posting Komentar

Followers